16 September 2015 | Kegiatan Statistik Lainnya
Data neraca nasional telah digunakan oleh berbagai
kalangan: pemerintah, analisis ekonomi, pelaku usaha, organisasi internasional,
dan lain-lain. Indikator utama dari neraca nasional, seperti Produk Domestik
Bruto (PDB), pertumbuhan ekonomi, pendapatan per kapita, dan pendapatan
nasional, memiliki peran penting dalam menganalisis perekonomian suatu negara.
Telah banyak keputusan/ kebijakan ekonomi yang diambil
oleh setiap negara didasarkan pada data neraca nasional.
Selama sepuluh tahun terakhir, banyak
perubahan yang terjadi pada tatanan global dan lokal yang sangat berpengaruh
terhadap perekonomian nasional. Krisis finansial global yang terjadi pada tahun
2008, penerapan perdagangan bebas antara China-ASEAN (CAFTA), perubahan sistem
pencatatan perdagangan internasional dan meluasnya jasa layanan pasar modal
merupakan contoh perubahan yang perlu diadaptasi dalam mekanisme pencatatan
statistik nasional.
Adaptasi pencatatan
statistik nasional dilakukan dengan tujuan untuk memberikan gambaran
perekonomian yang berkembang signifikan secara lebih komprehensif dan up to date, agar keterbandingan antar negara dapat dilakukan. Selain itu data
tersebut dapat digunakan sebagai alat untuk membantu pengambil keputusan dalam
mengatur potensi yang tersedia untuk kesejahteraan masyarakat di masing-masing
negara.
Salah
satu bentuk adaptasi pencatatan statistik nasional adalah melakukan perubahan
tahun dasar penghitungan Produk Domestik Bruto (PDB) dan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari tahun 2000 ke tahun
2010
sekaligus melakukan implementasi System
of National Accounts 2008 (SNA-2008). Secara sederhana perubahan tahun
dasar adalah melakukan penetapan perubahan harga tahun dasar yang digunakan
dalam penghitungan PDB/PDRB atas dasar harga konstan dengan
harga baru dan terkini yang dianggap representatif.
Perubahan tahun dasar PDB/PDRB dari
tahun dasar 2000 menjadi tahun
dasar 2010 yang mengadopsi sebagian rekomendasi SNA2008 dilakukan dengan
menerapkan benchmarking, yaitu dengan
menyesuaikan level baru PDB/PDRB menggunakan Tabel
Penyediaan dan Penggunaan (TPP) atau yang dikenal dengan Supply and Use Tables (SUT). Setelah
dilakukan penyusunan SUT maka selanjutnya dilakukan referencing
(pergeseran tahun dasar PDB/PDRB dari 2000 menjadi 2010).
Hal ini
dilakukan untuk menjaga kesinambungan antara PDB/PDRB tahun dasar 2000 yang
masih menggunakan sistem lama dan PDB/PDRB tahun dasar 2010 yang
sudah menggunakan sistem baru. Dengan demikian efek dari perubahan sistem
penghitungan PDB dan agregat makro ekonomi dapat lebih terjelaskan dan terukur.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merekomendasikan
pergantian tahun dasar pengfhitungan PDB/PDRB antara 5 sampai 10 tahun. Tahun
dasar yang digunakan dalam menghitung PDB/PDRB saat ini adalah tahun dasar
2000, sehingga Indonesia termasuk Kota Yogyakarta sudah selayaknya melakukan
pembaharuan terhadap tahun dasar agar penghitungan PDB/PDRB lebih sempurna dan
lebih up to date.
Tahun
2010 dipilih sebagai tahun dasar baru menggantikan tahun dasar 2000 karena
beberapa alasan, antara lain:
a. Rekomendasi PBB dalam
SNA1993 (part 16:76), bahwa
pergantian tahun dasar penghitungan PDB dilakukan setiap 5 (lima) atau 10
(sepuluh) tahun agar dapat memberikan gambaran perkembangan ekonomi sesuai
dengan kondisi terkini.
b. Teridentifikasinya
pembaharuan konsep, sumber data dan metodologi berbasis SNA2008 yang akan
diimplementasikan dalam penyusunan PDB/PDRB tahun dasar 2010.
c. Pada tahun 2010,
perekonomian Indonesia dipandang relatif stabil dengan laju pertumbuhan PDB sebesar
6,10 persen dan tingkat inflasi mencapai
6,96 persen. Meskipun pada tahun 2008 perekonomian Indonesia terimbas krisis
finansial global.
d. Perubahan struktur
ekonomi nasional dari tahun 2000 dan 2010 dipandang cukup signifikan akibat
perubahan dibidang informasi dan teknologi serta transportasi yang berpengaruh
terhadap pola distribusi dan munculnya produk-produk baru.
e. Tersedianya Tabel
Penyediaan dan Penggunaan (TPP) Indonesia 2010 yang menggambarkan keseimbangan
transaksi supply dan use atas berbagai produk barang dan jasa
yang dihasilkan oleh suatu industri.
f. Tersedianya neraca
produksi menurut kategori institusi selain neraca produksi menurut lapangan
usaha yang diturunkan dari Full Sequence
of Account (FSA) 2010.
g. Tersedianya koresponden/
konversi klasifikasi antara klasifikasi menurut lapangan usaha (KBLI2009)
dengan Klasifikasi baku komoditi Indonesia (KBKI 2010) dan antara Kode Harmonized System (HS) dengan KBLI2009
untuk penyusunan TPP Indonesia 2010.
h.
Tersedianya deflator baru untuk penghitungan PDB/PDRB
yaitu Indeks harga produsen (Producers
Price Index /PPI).
i. Tersedianya hasil Sensus
Penduduk tahun 2010 (SP2010) yang dapat digunakan sebagai basis analisis,
seperti data jumlah penduduk dan ketenagakerjaan.
Selama kurun waktu lima
tahun terakhir, 2010-2014 pembangunan perekonomian Kota Yogyakarta dapat
diidentifikasi melalui informasi statistik yang direpresentasikan melalui
beberapa indikator makro yang utamanya diturunkan dari data Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB).
Dilihat secara nominal
perekonomian Kota Yogyakarta selama lima tahun terakhir terus berkembang. Nilai
PDRB Kota Yogyakarta atas dasar harga berlaku tahun 2014 mencapai Rp 24,69
triliun, sedangkan nilai atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp 21,31
triliun dengan laju pertumbuhan ekonomi sebesar 5,30 persen dan rata-rata
pertumbuhan selama periode 2010-2014 mencapai
5,51 persen per tahun. Nilai PDRB per kapita atas dasar harga berlaku
sejak tahun 2010 terus mengalami peningkatan hingga pada tahun 2014 mencapai
60,57 juta. Sedangkan nilai riil PDRB per kapita sejak tahun 2010 terus
mengalami kenaikan dari sebesar Rp 44,4 juta menjadi Rp 52,28 juta di tahun
2014.
Kegiatan ekonomi Kota
Yogyakarta bertumpu pada kategori tersier, yaitu: kategori perdagangan besar
dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor, transportasi dan pergudangan;
penyediaan akomodasi dan makan minum; kategori informasi dan komunikasi;
kategori jasa keuangan dan asuransi; real estate; jasa perusahaan; administrasi
pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib; jasa pendidikan; jasa
kesehatan dan kegiatan sosial serta kategori jasa lainnya yang mendominasi
sebesar 77,19 persen dari total PDRB.
Andil pertumbuhan ekonomi
tahun 2014 yang sebesar 5,30 persen terutama diberikan oleh kategori penyediaan
akomodasi dan makan minum dengan andil sebesar 0,705 persen, disusul kategori
industri pengolahan sebesar 0,648 persen. Selama periode 2010-2014 rata-rata
pertumbuhan ekonomi Kota Yogyakarta mencapai 5,51 persen per tahun, lebih
tinggi dibanding periode 2009 - 2013 yang sebesar 5,37 persen per tahun.
§
CYDP
Berita Terkait
Rilis Publikasi PDRB Kota Yogyakarta Menurut Pengeluaran Tahun 2019-2023
Rekrutmen Calon Mitra Statistik BPS Kota Yogyakarta Tahun 2024
TAHUN BARU ISLAM 1446 H
Audiensi Pimpinan BPS Kota Yogyakarta dengan WaliKota Yogyakarta
Penyampaian perkembangan inflasi Kota Yogyakarta April 2024 ke pemerintah Kota Yogyakarta
Pengumuman Hasil Rekrutmen Mitra Statistik BPS Kota Yogyakarta Tahun 2024
Badan Pusat Statistik
Badan Pusat Statistik Kota Yogyakarta (Statistics of Yogyakarta Municipality)Jl. Brigjen Katamso Komplek THR Yogyakarta
Telp (62-274) 387752
Faks (62-274) 387753
Mailbox : bps3471@bps.go.id
Tentang Kami